Resensi Novel Ceros dan Batozar
Judul buku : Ceros dan Batozar
Penulis : Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2018
Kota tempat terbit : Jakarta
Novel Ceros dan Batozar merupakan buku ke 4,5 dari serial Bumi yang ditulis oleh Tere Liye, salah satu penulis asal Indonesia yang sudah tidak diragukan lagi kepiawaiannya dalam merangkai kata menjadi sebuah cerita yang apik. Novel berukuran 20 cm dengan tebal 376 halaman ini menceritakan tentang petualangan tiga orang sahabat, yakni Raib, Seli, dan Ali di dunia paralel. Sedikit berbeda dengan buku lainnya di serial Bumi, Ceros dan Batozar merupakan sebuah spin-off yang alur ceritanya tidak berkaitan secara langsung dengan buku sebelum dan sesudahnya. Namun, buku ini tetap penting untuk dibaca karena di dalamnya menceritakan tentang tokoh Ceros dan juga Batozar yang eksistensinya turut melengkapi keseluruhan cerita dari serial Bumi.
Dalam novel ini, dua tokoh yang menjadi fokus cerita, yakni Ceros dan Batozar dibahas secara terpisah yang dimulai dengan Ceros terlebih dahulu lalu dilanjut dengan Batozar. Sama seperti buku lainnya dalam serial Bumi, ilustrasi dalam cover buku Ceros dan Batozar merepresentasikan apa yang dibahas di dalam buku tersebut. Cover yang berwarna ungu tua hampir kebiruan ini menampilkan gambar dua ekor badak bercula yang dalam novel disebut dengan Ceros, dua kapsul terbang yang dimiliki oleh Ali dan yang dicuri oleh Batozar, sarung tangan milik pemilik kekuatan Klan Aldebaran, sebuah iglo yang menjadi tempat singgah Batozar, salju yang menggambarkan Kutub Utara, serta pepohonan yang menggambarkan lingkungan tempat Ceros berada.
Petualangan tiga sahabat dalam buku ini dimulai dengan pertemuan mereka dengan Ceros. Pada permulaan buku ini diceritakan bahwa Raib, Seli, dan Ali bersama dengan teman-teman sekolahnya sedang mengikuti karyawisata ke salah satu situs bersejarah di Indonesia. Namun, di tengah penjelasan guru sejarah mereka tentang situs tersebut, sebuah benda yang merupakan sensor dunia paralel buatan Ali menunjukkan bahwa terdapat aktivitas dunia paralel yang sangat kuat keberadaannya di sekitar mereka. Akibat rasa penasaran ketiga remaja itu mengenai aktivitas yang terekam sensor–yang ternyata merupakan keberadaan Ceros–mereka pun memutuskan untuk menyelidikinya menggunakan ILY, sebuah kapsul terbang buatan Ali si jenius.
Setelah terbang cukup jauh, akhirnya Raib, Seli, dan Ali tiba di tempat yang dimaksud oleh sensor buatan Ali. Di tempat tersebut, mereka bertemu dengan Ceros yang mengamuk. Pertarungan pun tidak dapat dihindari oleh ketiga sahabat ini. Namun, mereka cukup kewalahan karena harus bertarung melawan dua Ceros yang meluluhlantakkan segala hal yang ada di sekitarnya. Untung saja, muncul dua orang laki-laki, Ngglanggeran dan Ngglanggeram, yang kemudian membantu dan menyelamatkan mereka.
Namun, sebuah fakta dan rahasia besar dunia paralel kemudian terungkap. Ternyata, Ngglanggeran dan Ngglanggeram lah orang yang berada di balik sosok Ceros. Mereka berubah menjadi Ceros karena sebuah benda yang seharusnya dimiliki oleh mereka untuk mengendalikan kekuatannya itu dicuri oleh seseorang. Ali dengan otak cerdasnya sadar bahwa benda yang hilang tersebut adalah sarung tangan yang dipakainya. Oleh karena itu, demi menyelamatkan teman-temannya, Ali pun rela untuk tetap tinggal di Bor-O-Bdur–tempat Ceros berada–dan memberikan sarung tangan itu kepada Ngglanggeran dan Ngglanggeram. Namun, di penghujung portal saat Raib dan Seli ingin kembali ke permukaan bumi, Ngglanggeran dan Ngglanggeram mengembalikan sarung tangan tersebut kepada Ali. Akhirnya, ketiga sahabat ini berhasil kembali ke bumi bersama-sama tanpa ada satu orang pun yang tertinggal.
Petualangan ketiga sahabat ini tidak berhenti begitu saja dengan pertemuan mereka dengan Ceros. Seminggu setelah karyawisata tersebut, mereka kembali berhadapan dengan masalah dunia paralel. Seorang kriminal paling berbahaya di Klan Bulan yang sedang menjalani masa hukuman berupa kurungan penjara, kabur dari selnya dan melintasi portal antardunia paralel. Kriminal yang kemudian diketahui bernama Batozar itu ternyata sedang berada di Klan Bumi, entah apa maksud dan tujuannya.
Bukan Ali namanya jika ia tidak kepo dengan hal ini. Walaupun sudah dilarang oleh Miss Selena–guru matematika mereka sekaligus seorang pengintai terbaik dari Klan Bulan–Ali tetap mendekati Batozar dan berhasil memasangkan alat penyadap ke tubuhnya. Dengan alat penyadap tersebut, Raib, Seli, dan Ali berhasil menemukan lokasi persembunyian Batozar di Klan Bumi. Berita besar tersebut langsung mereka sampaikan ke Miss Selena dan yang terjadi berikutnya adalah Pasukan Bayangan–pasukan militer Klan Bulan–datang ke Klan Bumi untuk melakukan penangkapan.
Namun, bukannya tertangkap, setelah beberapa saat terjadi aksi saling menyerang, Batozar malah berhasil membawa Raib, Seli, dan Ali ke Kutub Utara melalui portal cermin. Di sana, Batozar yang telah menyadari bahwa Raib merupakan seorang Putri Bulan memintanya melakukan sesuatu yang menjadi alasan Batozar kabur dari Klan Bulan dan tiba di Klan Bumi. Permintaan tersebut merupakan suatu hal yang menyangkut tentang dirinya di masa lalu. Permintaan tersebut mengungkap kejadian sebenarnya yang terjadi di masa lalu. Permintaan tersebutlah yang kemudian mengembalikan nama baik Batozar. Permintaan tersebut adalah keinginan Batozar untuk melihat wajah istri dan anaknya yang sudah terhapus dari ingatannya. Wajah istri dan anak perempuan kesayangannya yang dibunuh atas perintah dan ambisi Ketua Komite Klan Bulan.
Tere Liye berhasil menggambarkan petualangan tiga sahabat ini dengan sangat apik. Pembaca seolah-olah berada di samping mereka sepanjang petualangan berlangsung. Emosi dan perasaan pembaca pun berhasil diambil alih oleh kata-kata yang tercetak dalam novel ini. Walaupun dalam beberapa bagian pembaca bisa saja merasa bosan dengan alur cerita yang sedikit berulang, tetapi keseluruhan novel ini tetap berhasil membuat pembacanya merasakan pengalaman berpetualang di dunia paralel yang luar biasa.
***